• Jelajahi

    Copyright © Global Faktual
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Ketua Umum KOMBAS GP Burhan Saidi Mengutuk Keras Penganiayaan yang dilakukan Oknum TNI terhadap Relawan Ganjar Mahfud di Boyolali Jawa Tengah

    Senin, 01 Januari 2024, Januari 01, 2024 WIB Last Updated 2024-01-01T10:12:54Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini
    Globalfaktual-com - Jawa Tengah - Ketua Umum  KOMBAS GP Komando Barisan Ganjar Pranowo Burhan Saidi angkat bicara terkait Penganiayaan yang dilakukan oleh oknum TNI  Batalion 408 Boyolali Jawa Tengah pada Hari Sabtu, 30 Desember 2023. Akibat penganiayaan tersebut terdapat 4 korban luka luka hingga kini masih dalam perawatan intensif di RS.
    Melihat dari tayangan rekaman cctv yang tepat berada di depan Batalion tersebut, Oknum TNI terindikasi sengaja menunggu para korban yang akan dijadikan sasaran.
    Terlihat jelas bagaimana oknum TNI Batalion 408 memberhentikan Korban yang bernama Dimas Ivan Fuadi , Yanwar ,diva dan madon.

    Mereka semua adalah Relawan Ganjar Mahfud yang baru saja menghadiri Kampanye yang juga dihadiri oleh Capres Ganjar Pranowo mantan Gubernur mereka.
    Menurut Burhan, Cara cara yang dilakukan oleh oknum TNI tersebut, sungguh tidak Manusiawi dan tidak beradab. Dikawatirkan ada unsur kesengajaan danemang dibuat untuk memancing keributan terhadap massa pendukung Ganjar Mahfud yang berjumlah ribuan," jelasnya.

    Untung saja para korban terpisah dari rombongan lainnya, sehingga tidak menimbulkan kegaduhan yang lebih parah. 
    Menurut informasi yang diterimanya sebagai salah satu saksi mata. Mengatakan, bahwa seandainya saat itu ia berteriak minta tolong. Pastilah ribuan rombongan lainnya akan menyerbu Markas TNI tersebut. Sehingga bisa menimbulkan preseden buruk bagi Pendukung Ganjar Mahfud.
    Oleh karena itu, Burhan mendesak kepada DPR RI khususnya Komisi I untuk Memanggil Para Petinggi TNI dan meminta Pertanggungjawaban mereka. Serta mengusut apa motif dibelakang penyerangan tersebut. Penglima TNI, Kasar, Pangdam Dipenogoro dan Perwira Komandan Batalion 408 harus dimintai keterangan. Apakah benar benar ini murni tindakan mereka saja atau ada settingan dan motif lainnya.
    Harus dicari dan diusut tuntas otak pelakunya, karena ini sudah sangat membahayakan Independensi TNI dalam pelaksanaan Demokrasi di Pemilu 2024.

    Jadi jangan hanya 15 prajurit yang dihukum, pasti ada pimpinan mereka yang memerintahkan. Karena tidak mungkin kejadian itu bisa dilakukan di depan Batalion tanpa restu pimpinan. Memangnya prajurit itu bodoh, sehingga mau berbuat hal konyol menyiksa rakyat sipil yang tidak memiliki kemampuan apapun.

    Bahkan Burhan mengingat secara Tegas kepada seluruh Prajurit TNI, kalian harus ingat Sumpah Prajurit dan Sapta Marga. Jangan kalian lupakan itu. Kalian harus cintai rakyat, karena kalian lahir dari rakyat. Jangan kalian gadaikan Sumpah itu, hanya karena ingin mengejar jabatan dan ikut terlibat dalam politik praktis ini, TNI Polri wajib netral, netral dan netral. Kalianlah yang akan mendamaikan bila terjadi keributan diantara pendukung. Namun bila kalian sudah terlibat, tentunya ini akan sangat membahayakan bagi kelangsungan alam demokrasi Indonesia yang kita cintai.

    Burhan juga menilai Presiden, Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) gagal menjaga netralitas pasca adanya kasus relawan Ganjar-Mahfud dikeroyok. Bahkan Presiden Joko Widodo sama sekali tidak mengeluarkan pernyataan apapun untuk menyikapi kejadian tersebut, agar tidak terulang kembali di kemudian hari, mengingat waktu kampanye masih berlangsung sekitar 44 hari lagi,"terangnya 

    Sebelumnya juga terjadi penganiayaan dan pengeroyokan sukarelawan pendukung Ganjar-Mahfud yang diduga mengalami kekerasan dan brutalitas dari pendukung pasangan calon lain, hingga meninggal dunia.

    Burhan sangat menyayangkan jatuhnya korban jiwa dalam Pesta Demokrasi kita saat ini. Boleh kita berbeda pilihan, boleh kita beradu argumentasi dan narasi dalam memberikan dukungan. Tetapi jangan sampai diantara pendukung saling baku hantam dan saling bunuh. Karena itu jauh dari sejatinya Demokrasi yang kita harapkan pasca reformasi 1998.

    Burhan meminta seluruh Aparat TNI/ Polri untuk bersikap Netral dan tidak ikut terlibat dalam pesta demokrasi saat ini. TNI / Polri tidak boleh ikut ikutan mendukung salah satu pasangan calon, walaupun itu perintah Presiden atau Pimpinan," tutupnya.

    Red
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini